Rabu, 11 Juli 2012

Omed Omedan Tradisi Cium Masal di Bali

Omed-Omedan atau bahasa indonesia nya adalah cium-ciuman(tarik-menarik), sebuah tradisi di Pulau Dewata, Bali.  Omed-omedan, dari arti bahasa Indonesia nya memang banyak yang penasaran sekaligus membayangkannya.Omed-omedan atau juga disebut Med-medan adalah acara ciuman massal yang rutin digelar oleh warga Banjar Kaja, Desa Sesetan, Denpasar Selatan, pada setiap setiap tanggal 1 tahun Caka, atau sehari setelah Hari Nyepi. Menurut cerita masyarakat setempat, acara ini sudah diwariskan sejak tahun 1900-an. 
Omed-omedan melibatkan sekaa teruna-teruni atau pemuda-pemudi umur 17 tahun hingga 30 tahun atau yang sudah menginjak dewasa namun belum menikah. Dalam bahasa Bali, Med-medan sama dengan paid-paidan, berarti saling tarik menarik. Jadi med-medan adalah ritual saling tarik-menarik antara kelompok pemuda dengan kelompok pemudi untuk memohon keselamatan seluruh warga desa. 
Prosesi med-medan dimulai dengan persembahyangan bersama untuk mohon keselamatan. Usai sembahyang, peserta dibagi menjadi dua kelompok, laki-laki dan perempuan. Kemudian kedua kelompok tersebut mengambil posisi saling berhadapan di jalan utama desa. Setelah seorang sesepuh desa memberikan aba-aba, kedua kelompok saling mendekat. Begitu bertemu, peserta terdepan saling tarik menarik lalu berciuman disaksikan ribuan penonton. Prosesi tersebut dilakukan secara bergantian sehingga semua peserta kebagian berciuman. 
Tidak semua masyarakat Bali, bahkan masyarakat Sesetan Kaja sendiri, menyukai tradisi ini. Pernah pada 1970-an para sesepuh banjar memutuskan agar acara ini ditiadakan. Namun, tak lama berselang, di pelataran Pura terjadi perkelahian yang amat seru dua ekor babi, dan keduanya menghilang begitu saja di tengah perkelahian. Oleh warga, peristiwa itu dianggap sebagai pertanda buruk. Maka, med-medan pun kembali dilangsungkan. 
Jauh sebelum itu, ada kisah menarik mengenai med-medan. Saat itu, begitu Hari Nyepi usai, masyarakat Puri Oka, sebuah kerajaan kecil di Denpasar selatan, menggelar permainan med-medan alias saling tarik-menarik antara kelompok pemuda dan pemudi. Saking serunya, acara tarik-menarik itu berubah menjadi acara saling merangkul dan situasi berubah gaduh karenanya. Raja yang saat itu sedang sakit pun marah besar.Dengan terhuyung-huyung beliau keluar hendak menghardik warganya. Namun, begitu melihat adegan itu, tiba-tiba sakit Sang Raja mendadak sirna dan ia pun sehat seperti sediakala. Raja lalu mengeluarkan titah agar med-medan dilaksanakan tiap tahun saat ngembak geni (menyalakan api pertama)sehari setelah Hari Raya Nyepi. 
Begitu diselenggarakan lagi, giliran Pemerintah Kolonial Belanda yang terusik melihat upacara itu. Belanda melarang ritual itu, namun warga yang taat tidak menghiraukan larangan itu. Acara ciuman massal itu pun berlangsung hingga sekarang. Tapi jangan berfikir semudah itu untuk bisa mendaratkan ciuman kamu pada sang gadis, karena dalam acara itu selain tarik menarik juga ada acara siram-siraman, sekali kesempatan dan gagal, maka kamu akan di siram beramai-ramai. 




Acara diawali dengan persembahyangan bersama, dan dilanjutkan pementasan tarian barong bangkal (barong berkepala babi) sampai penarinya kesurupantanda bahwa acara ini mendapat izin dari Ida Bathara yang berstana (bersemayam) di Pura Banjar. Selanjutnya, salah satu dari kedua kelompok pemuda dan pemudi kemudian diarak bergiliran untuk saling berpelukan dan berciuman. Dalam tradisi ini kedua peserta yang diarak ini tidak boleh memilik pasangan yang diciumnya. Aksi berpelukan dan berciuman ini akan dipisahkan setelah para peserta mendapat guyuran air dari panitia. Setelah itu, Sekaha Teruna-teruni dibagi dalam dua kelompok. Sekaha Teruna (laki-laki) berdiri di satu sisi, dan anggota Sekaha Teruni (perempuan) berada di sisi lain. Setiap kelompok terdiri dari sekitar 30 remaja. Keduanya terpisah jarak sekitar 100 meter.
Aba-aba diberikan. Sejumlah petugas adat yang ditunjuk untuk mengatur acara meniup sempritan. Segera kemudian kedua kelompok saling berlari ke arah lawannya. Masing-masing mendorong seorang remaja yang diberi kesempatan pertama untuk saling berciuman, untuk kemudian ditarik secepat mungkin. Namun, diam-diam ternyata mereka bisa meminta agar lawan yang akan dicium adalah si dia yang lagi dilirik. Jadi, baru kalau pesanan itu terpenuhi, adegan ciuman akan benar-benar berlangsung. Bila tidak, biasanya salah satu akan berusaha menghindar, meski terus dipaksa oleh kelompoknya.
Awalnya Raja Puri Oka marah besar melihat rakyatnya menggelar omed omedan (saling cium). Tak disangka Raja yang sakit justru sembuh setelah melihat upacara tersebut. Kini tradisi itu dijadikan ajang mencari jodoh. Kepala Adat Banjar, Wayan Sunarya menceritakan, tradisi omed omedan itu merupakan tradisi leluhur yang sudah dilakukan sejak zaman penjajahan Belanda. Awalnya ritual ciuman massal itu dilakukan di Puri Oka. Puri Oka merupakan sebuah kerajaan kecil pada zaman penjajahan Belanda. Ceritanya, pada suatu saat konon raja Puri Oka mengalami sakit keras. Sang raja sudah mencoba berobat ke berbagai tabib tapi tak kunjung sembuh. Pada Hari Raya Nyepi, masyarakat Puri Oka menggelar permainan omed omedan. Saking antusiasnya, suasana jadi gaduh akibat acara saling rangkul para muda mudi. Raja yang saat itu sedang sakit pun marah besar.
Dengan berjalan terhuyung-huyung raja keluar dan melihat warganya yang sedang rangkul-rangkulan. Anehnya melihat adegan yang panas itu, tiba-tiba raja tak lagi merasakan sakitnya. Ajaibnya setelah itu raja kembali sehat seperti sediakala. Raja lalu mengeluarkan titah agar omed omedan harus dilaksanakan tiap hari raya nyepi.Warga setempat meyakini, bila acara ini tak diselenggarakan, dalam satu tahun mendatang berkah Sang Dewata sulit diharapkan dan berbagai peristiwa buruk akan datang menimpa. Pernah pada 1970-an ditiadakan, tiba-tiba di pelataran Pura terjadi perkelahian dua ekor babi. Mereka terluka dan berdarah-darah, lalu menghilang begitu saja. Peristiwa itu dianggap sebagai pertanda buruk bagi semua warga Banjar.




Sumber : 

Jalan-jalan Bali, kidungalas.blogspot.com, tycacut3.wordpress.com, pandejuliana.wordpress.com, ensiklonesia.blogdetik.com

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan jika anda yang ingin komentar, namun tolong gunakan bahasa yang sopan

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...